MOTIVASI
DALAM ORGANISASI
Diajukan
sebagai Tugas pada
Mata Kuliah
“Perilaku Keorganisasian”
Disusun Oleh:
Iin Wulandari Muslimat
(2013054352)
Nurhayati (2013
Prasetyo Bagus Pribadi
(2013
Muhammad Alif (2013
Wahyudi (2013
Aripin Syarif (20
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGGERANG
Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang
No.Telp: (021)-7412566 / Fax: (021)-7412566, 7412491
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucap puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas semua
rahmat yang diberikan, sehingga mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Perilaku Keorganisasian.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Motivasi
dalam Organisasi, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber informasi
dan referensi.
Pada
akhirnya penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, serta
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun bagi kelengkapan makalah ini.
Pamulang, 06 Juni 2015
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan Makalah......................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Motivasi ...................................................................... 2
2.2 Teori-Teori Motivasi Pada Zaman Dahulu..........................................2
2.3 Teori-Teori Motivasi Kontemporer............................................ 3
2.4 Penerapan Motivasi dalam Organisasi........................................ 5
2.5 Motivasi dan Kinerja................................................................. 5
2.6 Motivasi dari Konsep Menuju Aplikasi...................................... 10
2.7 Memberikan
Penghargaan Kepada Karyawan............................ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran......................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Motivasi terbentuk dari adanya interaksi antara individu
dengan situasi yang dihadapi. Motivasi bukanlah sebuah sifat pribadi namun
lebih ke dorongan seseorang untuk bekerja atau mencapai suatu tujuan. Di dalam
suatu organisasi, seorang atasan dituntut untuk mampu memberikan motivasi bagi
bawahannya agar bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya. Motivasi erat
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan individu, dimana semakin terpenuhi
kebutuhan seseorang dalam organisasi, maka semakin termotivasi seseorang untuk
bekerja dengan sebaik-baiknya.
"Setiap orang melakukan sesuatu tentu ada satu atau beberapa hal
yang ingin didapatkan. Meski ada juga yang melakukan sesuatu tanpa keinginan,
ini hanya sebagian kecil. Ada pengorbanan yang dikeluarkan, ada pula hasil
yang ingin dicapai, begitu juga sebaliknya."
Di
Organisasi juga berlaku demikian. Mungkin seseorang yang bergabung dalam
sebuah organisasi akan mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya, materinya
yang dimilikinya, bahkan ada yang mengorbankan nyawanya untuk sebuah
organisasi. Mengapa demikian? Karena ada yang dituju dan hasil yang
diharapkan.
Terlibat
aktif dalam organisasi akan mengembangkan kemampuan dan kapasitas pribadi
seseorang. Telah terbukti baik secara ilmiah maupun secara realita dikehidupan
sehari-hari, orang-orang yang matang dalam organisasi lebih unggul
dibandingkan mereka yang diam saja.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah:
1. Definisi Motivasi
2. Teori-Teori Motivasi Pada Zaman Dahulu
3. Teori-Teori Motivasi Kontemporer
4. Penerapan Motivasi dalam Organisasi
5. Motivasi dan Kinerja
6. Motivasi
dari Konsep Menuju Aplikasi
7. Memberikan Penghargaan Kepada Karyawan
1.3
Tujuan
Penulisan
Makalah
1. Sebagai pelengkap tugas Perilaku
Organisasi.
2. Alat pembelajaran bagi mahasisiwa tentang Motivasi
dalam Organisasi.
3. Untuk mengenali bagaimana Motivasi
dalam Organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seseorang individu untuk mencapai tujuannya. Sehingga ada tiga elemen motivasi
yakni intensitas, arah dan ketekunan. Intensitas adalah seberapa kerasnya seseorang
berusaha, namun intensitas yang tinggi saja tidak akan membawa ke hasil yang
diinginkan kecuali disertai dengan upaya/arah. Sedangkan ketekunan adalah
ukuran seberapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
2.2 Teori-Teori Motivasi Pada Zaman Dahulu
Perkembangan konsep-konsep motivasi paling banyak
terjadi tahun 1950-an diantaranya hierarki teori kebutuhan, teori X dan Y, dan
teori dua faktor. Teori ini menjadi dasar perkembangan teori motivasi saat ini
dan teori ini masih digunakan sampai sekarang.
1. Hierarki Teori Kebutuhan
Teori ini dicetuskan oleh Abraham Maslow dan menyatakan bahwa manusia memiliki
lima hierarki kebutuhan yakni :
a. Fisiologis:
rasa lapar, haus, berlindung, seksual dan kebutuhan fisik lainnya.
b. Rasa aman: rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan
emosional.
d. Penghargaan:
faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri, otonomi, dan
pencapaian; faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan, dan
perhatian.
e. Aktualisasi diri: dorongan untuk
menjadi seseorang sesuai kecakapannya meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi
seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
Kebutuhan
ini dipisahkan menjadi kebutuhan tingkat bawah yaitu kebutuhan yang
terpenuhi secara eksternal (kebutuhan fisologi dan keamanan) dan kebutuhan
tingkat atas yaitu kebutuhan yang terpenuhi secara internal (kebutuhan
social, penghargaan, dan aktualisasi diri).
Hierarki
kebutuhan Maslow ditelaah ulang oleh Clayton Alderfer dengan nama teori ERG
yang membagi dalam tiga kelompok kebutuhan inti yakni:
a. Kehidupan (kebutuhan fisiologis dan
kemanan)
b. Hubungan (kebutuhan social dan
status)
c. Pertumbuhan (kebutuhan
penghargaan dan aktualisasi diri).
2. Teori X dan Teori Y
Douglas McGregor mencetuskan dua pandangan nyata terhadap manusia yakni teori
X yang pada dasarnya negatif yaitu menganggap bahwa karyawan tidak suka
bekerja, malas, tidak menyukai tanggung jawab, dan harus dipaksa untuk
menghasilkan kinerja dan teori Y yang pada dasarnya positif yaitu
menganggap bahwa karyawan suka bekerja, kreatif, mencari tanggung jawab, dan
dapat berlatih mengendalikan diri). Teori X berasumsi bahwa kebutuhan tingkat
yang lebih rendah mendominasi individu, sedangkan teori Y berasumsi bahwa
kebutuhan tingkat tinggi yang lebih mendominasi individu.
3. Teori Dua Faktor
Dikemukakan oleh
Frederick Herzberg, dimana ada faktor intrinsik yang berhubungan dengan
kepuasan kerja seperti prestasi, pengakuan kerja, tanggung jawab, kemajuan,
pertumbuhan. Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan ketidakpuasan kerja
seperti pengawasan, imbalan kerja, kebijaksanaan perusahaan dan kondisi kerja.
Disebutkan bahwa ada faktor hygiene seperti imbalan kerja, kebijakan
perusahaan, kondisi fisik pekerjaan, hubungan dengan individu lain dan
keamanan pekerjaan.
2.3 Teori-Teori Motivasi Kontemporer
1. Teori kebutuhan McClelland
Dikembangkan oleh David McClelland dan fokus pada tiga kebutuhan: (1)
Pencapaian yaitu dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, dan
berjuang untuk berhasil. (2) kekuatan yaitu kebutuhan untuk membuat
orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku
yang sebaliknya. (3) hubungan yaitu keinginan akan hubungan-hubungan
antarpersonal yang ramah dan akrab.
2. Teori Evaluasi Kognitif
Dikemukakan
bahwa diperkenalkannya ganjaran-ganjaran ekstrinsik, seperti upah, untuk upaya
kerja yang sebelumnya secara intrinsik telah memberi ganjaran karena adanya
kesenangan yang dikaitkan dengan isi kerja itu sendiri, akan cenderung
mengurangi tingkat motivasi keseluruhan. Dengan kata lain, bila ganjaran
ekstrinsik diberikan kepada seseorang untuk menjalankan suatu tugas yang
menarik, pengganjaran itu menyebabkan minat intrinsik terhadap tugas itu
sendiri merosot. Perkembangan teori evaluasi kognitif yang tebaru adalah indeks
diri yang mempertimbangkan tingkat sampai mana alasan-alasan seseorang
untuk mengejar suatu tujuan konsisten dengan minat dan nilai-nilai mereka.
3. Teori Penentuan Tujuan
Bahwa tujuan
yang khusus akan sulit menghantar ke kinerja yang lebih tinggi. Hal ini
dibuktikan benar, adanya tujuan sulit yang spesifik akan menghasilkan kinerja
lebih tinggi bila diterima dengan baik. Tujuan – tujuan sulit mengarahkan
perhatian kita pada tugas yang sudah ada dan menjauh dari gangguan - gangguan
yang tidak relevan. Ada beberapa factor yang mempengaruhi hubungan
tujuan-kinerja, yaitu umpan balik, komitmen tujuan, karakteristik tugas,
dan budaya nasional.
4. Program-program MBO: Mempraktikan Teori
Penentuan Tujuan
Penentuan tujuan bisa dioperasikan dengan menggunakan program manajemen
berdasarkan tujuan (Management By Objective) yaitu menekankan tujuan –
tujuan nyata yang ditentukan secara partisipatif, bisa diuji dan bisa diukur.
MBO bekerja dari ”bawah ke atas” dan dari ”atas kebawah”. Hasilnya adalah
sebuah hirarki yang menghubungkan tujuan di satu tingkat dengan tingkat
selanjutnya. Ada empat unsur yang umum untuk program MBO, yaitu kekhususan
tujuan, partisipasi dalam pembuatan keputusan (penentuan tujuan), periode
waktu yang eksplisit dan umpan balik kinerja.
5. Teori Efektivitas Diri
Teori
efektivitas diri disebut juga sebagai ”teori kognitif sosial” atau ”teori
pembelajaran sosial”, merujuk kepada keyakinan individu bahwa ia mampu
mengerjakan suatu tugas. terdapat empat cara untuk meningkatkan efektivitas
diri yakni:
- Penguasaan yang tetap, yaitu perolehan pengalaman yang relevan dengan tugas atau pekerjaan.
- Contoh yang dilakukan oleh individu lain, lebih percaya diri karena anda melihat individu lain melakukan tugas tersebut.
- Bujukan verbal, lebih percaya diri karena seseorang meyakinkan anda bahwa anda memiliki kemampuan untuk berhasil.
- Kemunculan memicu keadaan bersemangat yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan tugas.
6. Teori Penguatan
Teori
ini bertentangan dengan teori penentuan tujuan, mengabaikan keadaan
internal dari individu dan memusatkan semata-mata hanya pada apa yang terjadi
pada seseorang bila ia mengambil suatu tindakan. Karena teori ini tidak
memperdulikan apa yang mengawali perilaku, teori ini bukanlah teori motivasi.
Tetapi ia memberikan analisis yang ampuh terhadap apa yang mengendalikan
perilaku. Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa penguatan memiliki pengikut
yang luas sebagai piranti motivasional. Bagaimanapun, dalam bentuknya yang
murni, teori ini mengabaikan perasaan, sikap, pengharapan, dan variable kognitif
lainnya yang dikenal berdampak terhadap perilaku. Tidak diragukan bahwa
penguatan mempunyai pengaruh yang penting atas perilaku.
7. Teori Keadilan
Teori
yang menyatakan bahwa individu membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan
mereka dengan masukan/keluaran orang lain dan kemudian berespons untuk
menghapuskan setiap ketidakadilan. Peran yang dimainkan keadilan dalam
motivasi akan memicu individu untuk mengoreksinya. Untuk itu, ada empat
pembandingan acuan yang dapat digunakan karyawan/individu tersebut:
- Diri-di dalam yaitu pengalaman seorang karyawan dalam posisi yang berbeda didalam organisasinya dewasa ini.
- Diri-di luar yaitu pengalaman seorang karyawan dalam posisi/situasi diluar organisasinya saat ini.
- Individu lain-di dalam yaitu individu atau kelompok individu lain didalam organisasi karyawan itu.
- Individu lain-di luar yaitu individu atau kelompok individu diluar organisasi karyawan itu.
Awalnya
teori keadilan berfokus pada keadilan distributif (distributive
justice), yaitu keadilan tentang jumlah dan pemberian
penghargaan di antara individu-individu. Tetapi semakin lama, keadilan
dipikirkan dari sudut keadilan organisasional (organizational
justice) yang didefinisikan sebagai seluruh persepsi tentang apa yang adil
di tempat kerja. Tambahan lain dalam keadilan organisasional yaitu keadilan
distributif sangat berkaitan antara kepuasan dengan hasil-hasil dan
komitmen organisasional. Keadilan prosedural (procedural justice)
yaitu keadilan yang dirasakan mengenai proses yang digunakan untuk menentukan
distribusi penghargaan-penghargaan. Keadilan interaksional (interactional
justice) yaitu persepsi individu tentang tingkat sampai mana seorang
individu diperlakukan dengan martabat, perhatian, rasa, dan hormat.
8. Teori Harapan
Teori yang menunjukkan
kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan
diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap
individu tersebut. Kunci untuk teori harapan adalah pemahaman tujuan-tujuan
seorang individu dan hubungan antara usaha dan kinerja, antara kinerja dan
penghargaan, dan akhirnya antara penghargaan dan pemenuhan tujuan individual.
Oleh karenanya, teori ini memfokuskan pada tiga hubungan:
- Hubungan usaha-kinerja yaitu kemungkinan yang dirasakan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan menghasilkan kinerja.
- Hubungan kinerja-penghargaan yaitu sejauh mana individu itu meyakini bahwa bekerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya suatu keluaran yang diinginkan.
- Hubungan penghargaan-tujuan pribadi yaitu sejauh mana penghargaan organisasional memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi individu dan daya tarik dari penghargaan potensial bagi individu tersebut. .
2.4 Penerapan
Motivasi dalam Organisasi
1. Motivasi Prestasi (achievement
motivation)
adalah dorongan dalam diri individu
untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan.
Sejumlah karakteristik menunjukan para pegawai yang berorientasi prestasi.
Mereka bekerja keras apabila mereka memandang bahwa mereka akan memperoleh
kebanggaan pribadi atas upaya mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko
gagal, dan apabila mereka mendapat balikan spesifik tentang prestasi diwaktu
lalu.
2. Motivasi Afiliasi (affiliation
motivation)
adalah dorongan untuk berhubungan
dengan orang-orang atas dasar sosial. Perbandingan antara pegawai yang
bermotivasi karena berprestasi dengan pegawai yang bermotivasi karena afiliasi
menggambarkan bagaimana kedua pola itu mempengaruhi perilaku. Orang-orang yang
bermotivasi prestasi bekerja lebih keras apabila penyelia mereka menyediakan
penilaian rinci tentang perilaku kerja mereka, sedangkan orang-orang yang
bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik apabila mereka dipuji karena sikap dan
kerja sama mereka yang menyenangkan.
3. Motivasi Kompetensi (competence
motivation)
adalah dorongan untuk mencapai keunggulan kerja,
meningkatkan keterlampilan pemecahan masalah, dan berusaha keras untuk
inovatif. Orang-orang yang bermotivasi kompetensi juga mengharapkan adanya
hasil yang berkualitas tinggi dari rekan mereka dan mungkin terasa tidak sabar
apabila orang-prang yang bekerja dengan mereka tidak melakukan pekerjaan
dengan hasil yang baik.
4. Motivasi Kekuasaan (power
motivation)
adalah dorongan untuk mempengaruhi orang-orang, mengubah
situasi dan cenderung bertingkah laku otoriter. Orang-orang yang bermotivasi
kekuasaan merupakan manajer yang istimewa apabila dorongan itu lebih tertuju
pada kekuasaan pribadi. Kekuasaan lembaga adalah kebutuhan untuk mempengaruhi
perilaku orang-orang demi kebaikan organisasi secara keseluruhan
2.5 Motivasi
dan Kinerja
Secara
individual, upaya motivasi bisa dilakuan melalui upaya-upaya mengontrol,
menilai lalu memotivasi diri sendiri. Namun, ada kalanya kesadaran untuk
memotivasi diri tidak muncul dalam diri seseorang, karena itu diperlukan
motivasi eksternal yang bisa berasal dari atasan, keluarga, rekan sejawat,
guru dan lainnya. Teori motivasi dipengaruhi oleh budaya dimana seseorang
bertempat tinggal dan berinteraksi. Karena itu, dalam sebuah organisasi atau
perusahaan perlukan adanya penciptaan budaya kerja yang bersifat universal,
bisa diterima dan dijalankan oleh anggota organisasi atau karyawan. Ada
kalanya beberapa organisasi atau perusahaan menciptakan budaya kerja yang
benar-benar baru, dan ada pula yang mengadopsi budaya yang sudah ada dalam
masyarakat yang di sesuaikan dengan tujuan dan kebijakan organisasi atau
perusahaan.
Secara
umum kita akan menginventarisasi apa saja yang didapatkan kebanyakan orang di
Organisasi, yaitu:
1. Kemampuan menentukan pilihan terbaik dan menentukan prioritas
Pilihan untuk berorganisasi
secara maksimal sendiri adalah pilihan yang berat. Mereka yang aktif
berkecimpung dalam dunia organisasi biasanya berhadapapan dengan banyak
masalah yang harus segera diselesaikan. Terkadang masalah muncul seperti
hujan deras, sangat banyak dan butuh penyelesaian secepatnya. Disinilah satu
lagi kita temukan keunggulan orang yang terbiasa berorganisasi. Diantara
sekian banyak masalah itu, yang mana yang harus didahulukan? Yang mana harus
segera diselesaikan, yang mana bisa ditunda penyelesaiannya. Latihan-latihan dalam dunia
organisasi untuk menyelesaikan masalah umumnya sangat sering. Masalah bisa
dicari, bahkan biasanya datang sendiri. Semakin sering menyelesaikan masalah
ini, maka intuisi untuk menentukan prioritas akan semakin terasah.
Mereka yang aktif di organisasi
dilatih untuk pandai memilah masalah. Mana masalah sangat penting, mana
masalah yang sudah dikejar deadline, mana masalah tidak terlalu
penting, mana masalah yang dapat diselesaikan suatu saat nanti. Semakin lama
dan semakin banyak masalah yang berhasil disortir, maka kemampuan ini akan
semakin tertempa.
2. Teman, kolega, sahabat, partner
Banyak orang yang menjadikan
poin nomor tiga ini sebagai tujuannya berorganisasi. Bahkan tidak dapat
dipungkiri, poin tiga ini adalah salah satu buah manisnya dunia organisasi.
Salah satu yang paling banyak menarik orang untuk terlibat aktif di organisasi. Intensitas diskusi, sharing,
komunikasi inilah yang nantinya akan memunculkan ikatan pertemanan, ikatan
emosional, persahabatan dll.
Dalam organisasi juga biasanya
banyak tugas yang tak bisa diselesaikan sendiri. Disini seseorang harus bisa
bekerja dalam sebuah tim. Artinya harus bisa berinteraksi dengan yang lain
agar tujuan dari organisasi tercapai. Banyak pertemanan dan persahabatan
akrab berawal dari organisasi. Banyak rekanan yang cocok, partner yang pas di
kemudian hari dimulai dari kedekatannya di satu organisasi tertentu.
3. Koneksi (konektivitas), jejaring sosial (Sosial Network), Jejaring kerja (Job Network)
Poin ini salah satu yang menarik banyak
orang untuk berorganisasi. Aktif berorganisasi, artinya punya kesempatan
mendapat banyak teman, punya kesempatan mengenal banyak orang, punya
kesempatan berinteraksi dengan berbagai lembaga (misalnya sponsor, rekanan,
dsb) Dari
interaksi-interaksi itulah orang yang berorganisasi dapat mengumpulkan
jaringan dan koneksinya. Pertemanan yang baik saja dapat menjadi sebuah
koneksi yang bagus di kemudian hari. Orang yang punya kemampuan
komunikasi bagus dalam organisasi biasanya punya banyak kenalan. Punya teman
dimana-mana. Punya kenalan di perusahaan A, di perusahaan B, dll. Kemudian
hari, kenalan-kenalan ini dapat dijadikan sebuah jaringan yang berguna untuk
karier dll.
4. Keahlian Spesifik
Poin ini dijadikan bahan tulisan,
dasar yang menjadi intisari dari tujuan orang berorganisasi. Berbicara
keahlian, sangat banyak cakupannya. Banyak kemampuan bisa disebut keahlian.
Dan untungnya, keahlian spesifik dalam organisasi ini tidak didapatkan
di materi kuliah. Keahlian spesifik yang dimaksud menjurus pada suatu keahlian
khusus. Dan pendalamannya harus dengan latihan yang terus menerus.
Di Organisasi pecinta alam
misalnya, seseorang akan diajari, dilatih untuk ahli dalam ilmu Navigasi,
Mounteneering, Climbing, dan sebagainya, tergantung bidang yang diambil dalam
Organisasi pecinta Alam tersebut. Di sub divisi HUMAS (Hubungan
masyarakat) misalnya, seseorang akan lebih fokus pada masalah yang berhubungan
langsung dengan masyarakatan, public relation, dll. Seorang yang aktif di
organisasi-organisasi tertentu bisa saja menjadi ahli di bidangnya. Banyak
bidang-bidang dalam sebuah organisasi khusus membutuhkan orang yang
benar-benar ahli. Nah, untuk mendapatkan anggota yang ahli itu, biasanya suatu
organisasi mempunyai cara sendiri-sendiri.
5. Uang/Materi
Jika kita berbicara di
organisasi non komersial, memang sebaiknya uang tidak menjadi tujuan dalam
organisasi. Menjadikan uang sebagai tujuan masuk organisasi “dikatakan”
oleh banyak orang sebagai tujuan yang tidak baik. Kurang etis. Namun tak mustahil, ada juga
percikan materi yang bisa kamu dapatkan jika profesional mengelola organisasi
semacam ini. Misalnya organisasi siswa, organisasi kemahasiswaan, organisasi
massa, lembaga swadaya masyarakat, dll. Buruknya, banyak organisasi yang
berlabel kemanusiaan, nirlaba, dll malah secara terselubung mengeruk
keuntungan dari kegiatan organisasinya. Hal ini terjadi karena penggerak
organisasinya tentu menjadikan uang/materi sebagai tujuan. Meski dalam organisasi
nirlaba uang bukanlah tujuan, tapi banyak juga anggotanya yang menggunakan
proyek-proyek organisasi untuk mencari uang. Istilah yang biasa digunakan
yaitu “Ngobyek“.
Cara yang digunakan kebanyakan
adalah memanfaatkan selisih harga (mark up). Misalnya ada proyek pengadaan
seragam. Si A dapat tugas untuk memesan seragam tersebut. Di Konveksi X si A
dapat harga 10.000 per pcs, di konveksi Y si A dapat 8.000 per pcs, jumlah
pesanan ada 1000 pcs. Lumayan kan, dengan memesan di konveksi Y, si A dapat
mengantongi paling kecil 400.000 rupiah. Ada yang bilang, mencari uang dalam
organisasi nirlaba sah-sah saja. Ada yang bilang hal tersebut tidak etis.
Semua tergantung dari yang menjalaninya. Baik dan buruk hanya penilaian
seseorang. Hati nurani lah yang sebenarnya dapat mengontrol perbuatan kita.
6. Jabatan-posisi-kekuasaan
Dalam organisasi ada
jabatan-jabatan strategis dan bergengsi. Banyak sekali orang-orang ambisius
yang menjadikan jabatan dan kekuasaan ini sebagai tujuannya berorganisasi. Ada
yang mengakuinya secara terang-terangan, ada yang menyembunyikannya dalam
lubuk hati. Dengan sebuah jabatan di organisasi, terutama jabatan yang
tinggi. Tentu seseorang akan punya kekuasaan-kewenangan lebih besar dari
lainnya yang hanya anggota biasa. Biasanya posisi-posisi ketua,
pemimpin, direktur, dan posisi teratas lainnya banyak menjadi incaran orang.
Namun ada juga yang secara sengaja tidak mengincar posisi tertinggi. Namun
malah menyasar posisi tertentu sesuai fungsinya. Barangkali orang seperti ini
sudah terobsesi, atau memang murni ingin belajar di posisi tersebut
7. Popularitas
Salah satu yang paling
menarik minat orang untuk berorganisasi adalah ingin dikenal orang lain. Dalam
bahasa kerennya disebut popuparitas, atau menjadi populer. Banyak dikenal orang, dimana
saja memang menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini sah-sah
saja untuk dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula,
sebenarnya orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan
sendirinya tanpa perlu digembar-gemborkan. Bukan diri seseorang saja yang dapat
membuatnya populer. Bagaimana kinerjanya selama di organisasi? Apa saja yang
dia lakukan untuk organisasi? ini menjadi penilaian tersendiri bagi banyak
orang
Bersambung dengan jabatan
dan kekuasaan, popularitas adalah salah satu buntut dari jabatan. Semakin
tinggi jabatan seseorang dalam dunia organisasi, memungkinkan dia untuk
semakin dikenal lebih banyak orang, dibanding mereka yang berada dalam posisi
rendah. Namun
tak semua organisasi menganut sistem semacam ini. Ada juga organisasi yang
ketuanya bahkan tidak dikenal banyak orang. Bahkan terkesan disembunyikan.
8. Latihan-belajar untuk mampu berbicara-menyampaikan pendapat, ide, dan gagasan pada orang lain
Banyak orang yang punya ide
cemerlang, tapi ragu untuk menyampaikan kepada orang lain. Biasanya terbentur
oleh rasa percaya diri yang belum cukup, atau kemampuan berbicara-menyampaikan
pendapat yang dirasa masih kurang. Di organisasi, kamu punya kesempatan
yang luas untuk belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai forum
yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang. Mulai dengan tata bahasa
yang kacau balau, sampai akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan
gagasan kamu dalam bahasa yang elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan
ditempa. Pada saat pertama kali berbicara didepan khalayak ramai,
barangkali kamu merasa tidak percaya diri, kaki gemetar, bahkan sampai
berkeringat dingin dengan jantung dag dig dug.
Kamu sanksi pada diri sendiri. Dalam
hati timbul pertanyaan, apakah yang saya sampaikan dimengerti orang lain?
apakah bahasa yang saya gunakan sudah tepat sehingga dapat dimengerti orang
lain. Di
organisasi, kamu akan dilatih, belajar terus menerus, sampai akhirnya percaya
dirimu menjadi tinggi, sehingga semua keraguan itu sirna dari pikiranmu. Dan
akhirnya kamu pun mampu untuk tampil kedepan, mengutarakan gagasan brilianmu.
9. Latihan dan belajar sendiri cara berdiplomasi, bernegosiasi, melobi, atau mempengaruhi orang lain secara persuasif
Ini adalah soft skill yang
langka. Tidak semua orang bisa melakukannya. Pendekatan persuasif cenderung
lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Walaupun prosesnya butuh kesabaran
dan perhitungan yang cermat Tidak melulu masalah dapat
diselesaikan dengan fisik, adu otot, senjata dan sebagainya. Kadang perlu ada
pendekatan-pendekatan yang lebih halus. Ingat, perjuangan bersenjata saja
takkan membuat Indonesia merdeka. Untuk masalah-masalah yang serius
dan sensitif, sedikit saja melakukan kesalahan, akan fatal akibatnya kedepan.
Bayangkan, masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara negosiasi
tapi malah di selesaikan secara fisik, mubazir bukan? Tentu saja kerugian materi
dan tenaga dapat diminimalisir dengan cara pendekatan persuasif.
Di Organisasi, teknik bernegosiasi,
diplomasi dan lobi dapat dipelajari secara otodidak. Kamu dapat mempraktekkan
langsung suatu konsep/pendekatan yang sudah kamu rancang. Seiring berjalannya waktu
dan seringnya kamu menerapkan cara negosiasi yang baik, maka kamu akan semakin
matang. Terkadang jika terjadi suatu masalah yang melibatkan lebih dari satu
pihak, kesuksesan suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat bergantung pada
suksesnya negosiasi. Banyak negosiator yang menjadi penentu kesuksesan suatu
rencana. Namun biasanya mereka bekerja di belakang layar. Tidak muncul di
permukaan
10. Kemampuan admisistrasi, struktural, prosedural
Poin ini adalah kemampuan
dasar yang akan didapatkan seandainya seseorang mau terlibat aktif dalam
organisasi. Kemampuan administrasi seperti surat menyurat misalnya, memang
terkesan enteng. Namun pada momen tertentu, masalah enteng ini dapat saja
menjadi penghambat jika diabaikan.
Di Organisasi, kamu akan
melihat dan merasakan langsung bagaimana berhadapan dengan struktur-struktur
dalam organisasi, bagaimana berhadapan dengan prosedur-prosedur baku dalam
organisasi, bagaimana pengurusan dan pengelolaan administrasi dalam suatu
organisasi. Hal ini tidak hanya berlaku untuk organisasi yang kamu
ikuti, tetapi juga organisasi yang menjadi partner/rekanan dari organisasimu.
Bukankah kamu dapat mengintip langsung dan belajar banyak darinya?
11. Belajar menjadi pemimpin-memimpin sebuah tim
Ini erat kaitannya dengan
jabatan. Jika jabatan adalah posisi struktural, maka pemimpin adalah posisi
operasional. Ketua organisasi sudah jelas akan merasakan hal ini. Tapi tak
tertutup kemungkinan untuk belajar memimpin bagi pejabat-pejabat dibawahnya. Menjadi ketua dalam sebuah
organisasi belum tentu menjadi pemimpinnya. Ada juga organisasi yang
menempatkan seseorang dalam posisi ketua, namun itu hanya jabatan formal. Ada
seseorang yang lain lagi yang mengontrol gerak organisasi tersebut, inilah
yang dimaksud dengan pemimpin
Dalam organisasi, biasanya masih
menganut “primus interpares“, siapa yang memiliki kecakapan paling
bagus, dialah yang dianggap pemimpin oleh organisasi tersebut. Selain itu, dalam sebuah
organisasi seringkali dibentuk tim-tim kecil untuk menyelesaikan masalah
secara fokus. Tim ini akan dipimpin oleh satu orang atau lebih. Nah, disinilah
pintu untuk belajar memimpin terbuka lebar. Meski setiap orang adalah pemimpin
bagi dirinya sendiri, namun belum tentu dia bisa menjadi pemimpin bagi orang
lain disekitarnya. Di Organisasilah salah satu tempat untuk mengasah jiwa
kepemimpinan ini menjadi semakin matang.
12. Kemampuan untuk memahami karakter orang lain
Bertemu, berkomunikasi, dan
berdiskusi dengan banyak orang dalam sebuah organisasi, maupun lintas
organisasi, perlahan kamu akan mempelajari berbagai karakter manusia. Di organisasi, dimana
anggotanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, punya tujuan pribadi
yang tidak sama juga misalnya, pemahaman terhadap karakter seseorang menjadi
sangat penting. Memahami karakter sangat berkaitan dengan masalah
kepemimpinan. Seorang pemimpin dituntut mampu memahami karakter yang
dipimpinnya. Dengan mengetahui karakter inilah kemudian pemimpin dapat
mengetahui kecenderungan sikap, atau reaksi anggotanya. Dengan mengetahui karakter,
kemudian pemimpin dapat mengambil langkah preventif (pencegahan) seandainya
terjadi suatu masalah dalam tubuh organisasi, maupun dalam hubungannya dengan
dunia luar
13. Kemampuan untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
Ada banyak ide yang muncul
dari beragam kepala manusia dalam sebuah organisasi. Menyatukan gagasan itu
menjadi sebuah keputusan bersama bukanlah hal yang mudah, meski itu adalah
sesuatu yang sangat mungkin. Dalam diskusi misalnya, ada banyak pendapat yang dikeluarkan
oleh masing-masing anggota. Tapi hanya satu atau dua yang akan dijadikan
keputusan organisasi. Disini kamu akan belajar bagaimana menerima pendapat
orang lain yang lebih baik, ataupun yang disepakati oleh sebagian besar
anggota lain. Pendapat
yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain.
Di Organisasi lah kita akan dilatih
menghadapi banyak ide. Menerima atau menolak adalah urusan pribadi kita.
Tetapi, seburuk apapun sebuah gagasan, kita harus menghargainya. Jika pendapat itu baik, maka
kita terima. Jika pendapat itu buruk, maka kita tolak dengan dasar-dasar yang
benar (logis, rasional, empiris, faktual) dan lebih dapat diterima
orang lain. Banyaknya diskusi dalam sebuah organisasi akan melatih
masing-masing anggotanya untuk menghargai pendapat/gagasan anggota lain.
Sebab, meski ada seribu gagasan, tetap yang terbaiklah yang harus dijadikan
keputusan, dan kita harus dapat menerima jika seandainya pendapat kita tidak
disepakati oleh orang lain
2.6 Motivasi dari Konsep Menuju
Aplikasi
Memotivasi
Dengan Mengubah Sifat Dari Lingkungan Kerja
1.
Model Karakteristik Pekerjaan
Model karakteristik pekerjaan
dikembangkan oleh J. Richard Hackman dan Greg Oldham:
a.
Keanekaragaman
keterampilan: tingkatan sampai mana pekerjaan membutuhkan beragam aktivitas
sehingga pekerja bisa menggunakan sejumlah keterampilan dan bakat yang
berbeda.
b.
Identitas tugas: tingkatan sampai mana suatu pekerjaan membutuhkan
penyelesaian dari seluruh bagian pekerjaan yang biasa diidentifikasi.
c.
Arti tugas: tingkatan
sampai mana suatu pekerjaan berpengaruh subtansial dalam kehidupan atau
pekerjaan individu lain.
d.
Otonomi: tingkatan
sampai mana suatu pekerjaan memberikan kebebasan, kemerdekaan dan keleluasaan
yang subtansial untuk individu dalam merencanakan pekerjaan dan menentukan
prosedur-prosedur yang digunakan dalam menentukan pekerjaan tersebut.
e.
Umpan balik: tingkatan sampai mana pelaksanaan aktivitas kerja membuat seorang
individu mendapatkan informasi yang jelas dan langsung mengenai keefektifan
kinerjanya.
2.
Pekerjaan Bisa Dirancang Ulang
a.
Rotasi pekerjaan: pergantian
periodik seorang karyawan dari satu tugas ke tugas yang lain. Kelebihannya
adalah mengurangi rasa bosan, meningkatkan motivasi melalui pembuatan variasi
untuk aktivitas-aktivitas karyawan dan membantu memahami dengan lebih baik
bagaimana pekerjaan memberikan kontribusi terhadap organisasi. Sedangkan
kelemahannya adalah biaya pelatihan yang mahal dan produktivitas berkurang
dengan adanya rotasi pekerjaan ketika efisiensi di pekerjaan sebelumnya
menghasilkan penghematan organisasional.
b.
Perluasan pekerjaan: peningkatan jumlah dan variasi tugas dari seorang
individu melalui pekerjaan yang berbeda-beda.
c. Pengayaan
pekerjaan: merujuk pada perluasan vertikal dari pekerjaan. Hal ini
meningkatkan pengendalian pekerja terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kerja. Kelebihannya adalah mengurangi ketidakhadiran dan biaya perputaran
karyawan serta meningkatkan kepuasan dalam hal produktivitas.
3.
Susunan Pekerjaan Alternatif
a. Jam kerja fleksibel: jam kerjanya tidak
terlalu mengikat, memberikan keleluasan atas kapan mereka tiba di tempat kerja
dan kapan mereka pulang. Kelebihannya dapat mengurangi ketidakhadiran,
meningkatkan produktifitas, semakin sedikitnya biaya lembur.
b. Pembagian
pekerjaan: susunan yang memungkinkan dua individu atau lebih untuk membagi
suatu pekerjaan. Kelebihannya adalah organisasi dapat memakai bakat dari lebih
dari seorang individu untuk suatu pekerjaan dan biaya gaji lebih murah karena
medapatkan dua orang tetapi dibayar satu orang saja.
c. Telecommuting:
menunjuk pada karyawan yang melakukan pekerjaan mereka di rumah, setidaknya
dua hari dalam seminggu terhubung dengan kantor melalui komputer. Kelebihannya
yaitu kelompok tenaga kerja yang lebih besar dapat dipilih, produktivitas
lebih tinggi, moral lebih baik dan biaya kantor lebih sedikit. Sedangkan
kekurangannya yaitu tidak bisa pengawasan langsung terhadap karyawan.
2.7 Memberikan Penghargaan Kepada
Karyawan
1.
Membentuk
struktur bayaran karyawan
Proses
penetuan awal pembayaran karyawan agak rumit dan memerlukan penyeimbangan
keadilan internal (membayar pekerjaan sesuai dengan nilainya) dan keadilan
eksternal (ditentukan berdasarkan survei bayaran)
2.
Program
variabel bayaran
Cara membayar karyawan
ada dua tipe yaitu:
a. Bayaran
berdasarkan tarif per bagian yaitu para pekerja diberi bayaran dalam
jumlah tetap untuk setiap unit produksi yang diselesaikan.
b. Bayaran
berdasarkan prestasi dimana bayaran didasarkan pada penilaian kerja.
c. Bonus:
memberi penghargaan kepada karyawan untuk kinerja saat ini daripada kinerja
masa lalu.
d. Rencana
pembagian laba yaitu program di seluruh organisasi yang membagikan
kompensasi berdasarkan beberapa rumus yang sudah ada yang dirancang seputar
profitabilitas suatu perusahaan.
e. Pembagian
pendapatan yaitu sebuah rencana insentif kelompok berdasarkan rumus.
3.
Bayaran
berdasarkan keterampilan
Rencana
bayaran ini yang menentukan tingkat bayaran berdasarkan berapa banyak
keterampilan yang dimiliki karyawan dan berapa banyak pekerjaan yang bisa
mereka lakukan.
4. Tunjangan fleksibel
Rencana
bayaran ini memungkinkan setiap karyawan untuk membuat paket tunjangan yang
disesuikan secara individual dengan kebutuhan dan situasi dirinya. Tiga jenis
rencana tunjangan: (1) Rencana modular adalah paket tunjangan yang
telah dirancang sebelumnya dengan setiap modul dibuat untuk memenuhi kebutuhan
dari kelompok karyawan tertentu. (2) Rencana inti tambahan terdiri
atas inti dari tunjangan dasar dan pilihan opsi tunjangan lain. (3) Rencana-rencana
pengeluaran yang fleksibel memungkinkan karyawan mengesampingkan jumlah
uang yang ditawarkan dalam rencana untuk membayar jasa tertentu.
5. Penghargaan intrinsik
Penghargaan
intrinsik dapat berupa program pengakuan karyawan. Penghargaan ekstrinsik dapat
berupa sistem kompensasi. Program pengakuan karyawan berkisar dari ucapan
terima kasih yang spontan dan pribadi sampai program formal yang diumumkan
secara luas di mana jenis-jenis perilaku tertentu dianjurkan dan prosedur
untuk mencapai pengakuan diidentifikasikan secara jelas.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi merupakan suatu keadaan
atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk
melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai
tujuannya. Dalam suatu penerapan perilaku organisasi, pembahasan tentang
motivasi dalam organisasi memang sangat penting dalam kajian perilaku
organisasi. Karena setiap personil atau pegawai pasti memerlukan suatu
motivasi baik dari dalam diri maupun dari orang lain, untuk itu apabila
seseorang sudah terdorong atau termotivasi maka kinerja seseorang itu akan
meningkat sehingga akan mempercepat proses penyelesaian tugasnya dalam
bekerja. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang
tidak memiliki motivasi tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar
dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu
motivasi ekstrinsik diperlukan apabila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri
seseorang sebagai pelajar.
3.2
Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap
dapat membantu pembaca untuk memperoleh informasi mengenai Motivasi dalam
Organisasi. Namun kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.
Oleh karena
itu masukan serta saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi
tercapainya kesempurnaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar