BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indicator teleh terjadinya alokasi yang efisien secara
makro adalah nilai outputnasional yang
dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentusebab, besarnyaoutput nasional dapat menunjukkan beberapa
hal penting dalam sebuah perekonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran
awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga
kerja, barang modal, uang, dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar
pendapatan nasional suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya
ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output
nasional perkapita.nilai output perkapita diperoleh dengan cara
membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang
bersangkutan. Jika angka output perkapita makin besar , tingkat kemakmuran
dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur tentang produktivitas rata-rata
adalah output pertenaga kerja. Makin besar angkanya, makin tinggi produktivitas
tenaga kerja.
Yang ketiga, besarnya output nasional meripakan gambaran awal tentang
masalah-masalah structural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika
sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka
perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Jika
sebagin besar output nasional berasal dari sector pertanian (ekstraktif), maka
perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi.
Dalam arti perekonomian harus segera memodernisasikan diri, dengan
memperkuat industrinya, agar ada keseimbangan kontribusi antara sector
pertanian yang dianggap sebagai sector ekonomi tradisional dengan sector
industry yang dianggap sebagai sector ekonomi modern.
Itulah
sebabnya perhitungan pendapatan nasional, yang lebih dikenal sebagai pendapatan
nasional, merupakan pokok pembahasan awal dalam teori ekonomi makro. Tanpa
memiliki pemahaman yang benar tentang konsep pendapatan nasional, kita tidak
akan melakukan diskusi/pembahasan tentang model-modl ekonomi makro. Apalagi
tentang analisis kebijakanny. Istilah yang paling sering dipakai untuk
pendapatan nasional adalah produk domestic bruto (PDB) atau gross domestic
product (GDP). Istilah tersebut merujuk pada pengertian :
“nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang
diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan
menggunakan factor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian
tersebut”
Tercakup
dalam definisi diatas adalah :
1. Produk dan jasa akhir, dalam
pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam PDB adalah barang dan jasa yang
digunakan pemaki terakhir (untuk konsumsi).
2. Harga pasar, yang menunjukan bahwa
nilai output nasional tersebut dihitung berdasarkan tingkat harga yang berlaku
pada periode yang bersangkutan.
3. Factor-faktor produksi yang
berlokasi di Negara yang bersangkutan, dalam arti perhitungan PDB tidak
mempertimbangkan asal factor produksi (milik perekonomian atau milik asing)
yang digunakan dalam menghasilkan output.
Mungkin yang
jadi pertanyaan adalah bagaimana cara menghitungnya dan masalah –masalah apa
yang timbul dari cara penghitungan tersebut. Mengingat kegiatan yang dianalisis
dalam teori ekonomi makro lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan teori
ekonomi makro, maka ada dua langkah yang harus dilakukan sebelum mampu
menghitung PDB. Langkah pertama adalah pemahaman tentang siklus aliran
pendapatan dan pengeluaran dalam konteks makro. Langkah kedua adalah bagaimana
(lewat pasar-pasar apa saja) para pelaku ekonomi berinteraksi.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendapatan Nasional
adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga
(RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun.
Salah satu tolak ukur
yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan
pendapatan nasional ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat
ekonomi yang telah dicapai dan nilai output yang diproduksi, komposisi
pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai sektor perekonomian, serta
tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008, p55). Selain itu, data
pendapatan nasional yang telah dicapai dapat digunakan untuk membuat prediksi
tentang perekonomian negara tersebut pada masa yang akan datang. Prediksi ini
dapat digunakan oleh pelaku bisnis untuk merencanakan kegiatan ekonominya di
masa depan, juga untuk merumuskan perencanaan ekonomi untuk mewujudkan
pembangunan negara di masa mendatang (Sukirno, 2008, p57).
Sejaran Pendapatan Nasional
Konsep
pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha
menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa
pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama
setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi
modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah
satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat
utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur
menurut harga pasar pada suatu negara.
Konsep Pendapatan Nasional
· Produk Domestik
Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross
Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara
(domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan
termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah
yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor atau disebut juga dengan
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan
jasa final yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode (Mankiw,
2006, p6), meliputi faktor produksi milik warga negaranya sendiri maupun milik
warga negara asing yang melakukan produksi di dalam negara tersebut. Pendapatan
nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
· Produk Nasional
Bruto (PNB)/Gross
National Product (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross
National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun;
termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang
berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing
yang beroperasi di wilayah negara tersebut atau disebut juga dengan Pendapatan
Nasional Bruto (PNB) merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut, termasuk
nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor produksi yang digunakan di luar
negri, namun tidak menghitung produksi yang dimiliki penduduk atau perusahaan
dari negara lain yang digunakan di dalam negara tersebut (Sukirno, 2008, p35).
Hal ini dapat dirumuskan sebagai
berikut : PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from
Abrood)
di mana,
ü PNB = Produk
Nasional Bruto/Gross National Product (GNP).
ü PDB = Produk
Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP).
ü Pendapatan Neto =
Pendapatan dari warga negara yang tinggal di luar negeri dikurangi pendapatan
warga negara asing yang bekerja di dalam negeri.
Contoh :
Hardi warga negara Indonesia,
bekerja di Indonesia dengan pendapatan Rp2.000.000,00 Paul warga negara asing
tinggal dan bekerja di Indonesia, pendapatan Rp3.000.000,00 Ali warga negara
Indonesia tinggal dan bekerja di luar negeri dengan pendapatan Rp1.000.000,00.
Maka PDB (GDP) = pendapatan Hardi +
pendapatan Paul = Rp2.000.000,00 + Rp3.000.000,00 = Rp5.000.000,00.
Penghasilan Neto = pendapatan Ali −
pendapatan Paul = Rp1.000.000,00 − Rp3.000.000,00 = -Rp2.000.000,00,
dengan menerapkan rumus di atas
dapat kita ketahui PNB adalah:
PNB (GNP) = PDB +
Penghasilan Neto
=
Rp5.000.000,00 + (- Rp2.000.000,00)
=
Rp3.000.000,00
· Produk Nasional
Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net
National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang
modal (sering pula disebut replacement) atas barang modal dalam proses
produksi selama satu tahun. Replacement penggantian barang modal/penyusutan
bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat
taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan
meskipun relatif kecil.
Persamaan matematiknya: NNP = GNP -
Depresiasi
Contoh:
Pada tahun 2003 GNP Indonesia atas dasar harga berlaku
2.007.191,1 milliar rupiah dan depresiasi/penyusutan sebesar 104.337,9 milliar
maka: NNP = 2.007.191,1 −
104.337,9 = 1.902.853,2 milliar
· Pendapatan
Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income)
adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat
diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung
yang dipungut pemerintah. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak
hadiah, dll.
Jika kita menghitung dari GNP dapat
kita rumuskan: NNI = GNP - Depresiasi - Pajak tidak langsung
Contoh:
Pada tahun 2003 GNP Indonesia atas
dasar harga berlaku 2.007.191,1 milliar rupiah, sedangkan depresiasi/penyusutan
sebesar 104.337,9 milliar dan pajak tidak langsung dikurangi subsidi sebesar
85.272,2 milliar maka:
NNI = 2.007.191,1 −
104.337,9 − 85.272,2
= 1.817.519
milliar
· Pendapatan
Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan
(Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap
orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan
apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer
payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang
bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian
pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan
sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang/veteran, penyandang cacat, bunga
utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan
perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang
dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah
laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu
misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang
dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk
dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
Rumusan untuk menghitung PI adalah : PI = NNI - (Laba
ditahan + pajak perseorangan + iuran jaminan sosial + transfer payment)
· Pendapatan yang
siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap
dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi
tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.
Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan, pbb, pajak kendaraan bermotor, dll
Rumusan untuk menghitung DI adalah
: DI = PI - Pajak Langsung
Tabungan (saving) yang disimpan di
lembaga keuangan resmi (Bank) akan dapat menambah pendapatan nasional karena,
saving ini akan dimanfaatkan untuk investasi, lewat investasi inilah pendapatan
nasional dapat meningkat.
Jika penjelasan tentang pendapatan
nasional kita buat urutan akan terlihat seperti di bawah ini:
GDP > GNP > NNP > NNI >
PI > DI
Perbandingan mengenai indikator
pendapatan nasional akan lebih jelas bila kita menerapkan dalam angka:
GDP Rp.
100.000,00
Pendapatan Neto dari
LN Rp. 10.000,00 -
GNP Rp. 90.000,00
Depresiasi/Penyusutan Rp. 5.000,00 -
NNP Rp. 85.000,00
Pajak tidak
langsung Rp. 3.000,00 -
NNI Rp. 82.000,00
• Laba
ditahan Rp. 7.500
• PPh
Persh. Rp. 2.500
• Iuran
Sosial Rp. 1.000 +
Rp. 11.000,00
-
PI Rp. 71.000,00
Pajak
Langsung Rp. 5.000,00
-
6. DI Rp. 66.000,00
Konsumsi Rp. 47.000,00
-
Tabungan
(saving) Rp. 19.000,00
Penghitungan Pendapatan
Nasional
Pendapatan negara dapat
dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
· Pendekatan pendapatan,
dengan cara
menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima
rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai
imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
Rumus
Pendekatan pendapatan : Y = R + W + I + P
R =
rent = sewa
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba
· Pendekatan produksi,
dengan cara
menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu
periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang
jadi (bukan bahan mentah atau
barang setengah jadi).
Rumus
Pendekatan produksi : Y = Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +…..(PXQ)n
P = harga
Q = kuantitas
Q = kuantitas
· Pendekatan pengeluaran,
dengan cara
menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan
pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh
empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption),
pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan
selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M)
Pendekatan
Pengeluaran : Y = C + I + G + (X-M)
C = konsumsi
masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor
Rumus
menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan
ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun
2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun.
Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan
harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?
jawab :
g =
{(467-420)/420}x100% = 11,19%
Tiga metode yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan
nasional
1.Cara Pengeluaran
Digunakan
di negara-negara maju, seperti Belanda, Inggris, Jerman dan Amerika Serikat,
dimana pendapatan nasional yang dihasilkan metode ini dapat memberi gambaran
tentang sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai dimana
baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang
dinikmati, serta memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis
makroekonomi (Sukirno, 2008, p37).
Perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran memiliki
empat komponen penting,
* Konsumsi rumah tangga
adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga, termasuk barang tahan
lama, barang tidak tahan lama, jasa dan biaya pendidikan (Mankiw, 2006, p12),
namun tidak termasuk investasi, seperti pembayaran asuransi atau uang saku
untuk anak (Sukirno, 2008, p38).
* Belanja pemerintah
mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah, yang dibedakan menjadi
konsumsi dan investasi (Sukirno, 2008, p38). Yang termasuk dalam konsumsi
adalah pembayaran gaji dan tunjangan pegawai negri dan pembelian inventaris,
sedangkan yang termasuk investasi adalah pembangunan jalan raya, sekolah, dan
lain sebagainya. pembayaran jaminan social untuk fakir miskin, bantuan untuk
korban bencana alam dan subsidi lainnya tidak termasuk dalam belanja
pemerintah, melainkan termasuk dalam pembayaran transfer, karena tidak ada
barang/jasa yang diproduksi (Mankiw, 2006, p13).
* Investasi merupakan
pembelian barang yang nantinya digunakan untuk memproduksi barang/jasa lainnya
(Mankiw, 2006, p12). Investasi dapat digolongkan menjadi pengeluaran atas
barang modal dan peralatan produksi, perubahan dalam nilai inventori pada akhir
tahun, dan pengeluaran untuk mendirikan bangunan (Sukirno, 2008, p39).
* Ekspor neto sama
dengan pembelian produk dalam negri oleh orang asing (ekspor) dikurangi dengan
pembelian produk luar negri oleh warga negara tersebut (impor) dalam periode
yang sama (Mankiw, 2006, p13).
2.Cara Produk Neto
Produk neto
dapat diartikan sebagai nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses produksi
(Sukirno, 2008, p42). Sehingga perhitungan pendapatan nasional dengan
cara neto diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh
perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perekonomian negara tersebut. Cara
ini dapat memberikan informasi tentang seberapa besar pengaruh sektor-sektor
tersebut terhadap perekonomian negara.
3.Cara Pendapatan
Pendapatan
nasional dengan cara pendapatan diperoleh dari penjumlahan
pendapatan-pendapatan yang terjadi, akibat penggunaan faktor produksi untuk mewujudkan
barang dan jasa (Sukirno, 2008, p44). Pendapatan tersebut digolongkan menjadi
pendapatan para pekerja (gaji/upah), pendapatan dari usaha perseorangan,
pendapatan dari sewa, bunga neto dan keuntungan perusahaan.
Dalam melakukan perhitungan pendapatan nasional,
terdapat berbagai kendala, terutama di Indonesia. Masalah tersebut antara lain
adalah
* Ketersediaan data dan informasi, karena tidak semua
kegiatan ekonomi terdokumentasi dengan baik
* Pemilihan kegiatan produksi yang termasuk dalam
perhitungan. Sebagai contoh adalah kegiatan produksi dalam rumah tangga seperti
mencuci dan memasak, menanam palawijo untuk konsumsi pribadi, kegiatan yang
menyalahi hukum seperti transaksi jual beli obat terlarang dan prostitusi,
serta tunjangan yang tidak berupa uang, tidak termasuk dalam perhitungan
pendapatan nasional.
* Penghitungan dua kali kerapkali terjadi ketika bahan
yang sama dikonsumsi oleh orang yang berbeda. Misalnya gula dan tepung yang
dibeli oleh ibu rumah tangga dapat dianggap sebagai barang jadi, namun jika
bahan tersebut dibeli oleh bakery shop, maka dianggap sebagai barang setengah
jadi. Apabila nilai produksi tepung dan gula dimasukkan dalam perhitungan
produksi roti/kue, maka akan terjadi perhitungan dua kali.
* Penentuan harga barang yang berlaku, karena tidak
semua tempat menggunakan harga yang sama, bergantung pada lokasi, musim, harga
dollar, dan lain sebagainya.
* Investasi bruto dan investasi neto, dimana terdapat
perbedaan akibat depresiasi, terutama untuk menghitung investasi yang dilakukan
oleh negara.
* Informasi
kenaikan harga barang membutuhkan informasi indeks harga. Penentuan indeks
harga itu sendiri memiliki beberapa masalah, seperti penentuan barang yang akan
digunakan dalam perhitungan.
Manfaat Perhitungan
Pendapatan Negara atau Nasional
Bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu
negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan
jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan
nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan
menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat
digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya,
berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepangmerupakan negara
industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan
sebagainya juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai
sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian,
pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga
digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu,
membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan
perumusan kebijakan pemerintah.
Tujuan mempelajari pendapatan nasional :
a. Untuk
mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara
b. Untuk
memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang dihasilkan
masyarakat dalam satu tahun
c. Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program
pembangunan yang berjangka.
Manfaat mempelajari pendapatan nasional
a.
Mengetahui tentang struktur perekonomian suatu Negara
b. Dapat
membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar
propinsi
c. Dapat
membandingkan keadaan perekonomian antar Negara
d. Dapat membantu merumuskan kebijakan pemerintah.
Faktor yang memengaruhi Pendapatan
Nasional
· Permintaan dan
penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara
keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat
harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa
yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga,
sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran
barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan
tingkat harga tertentu.
Jika terjadi perubahan
permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan
perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat
kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat
cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan
nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan
pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan
menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
· Konsumsi dan
tabungan
Konsumsi
adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu
perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan
tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan
untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat
hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi
jika dihubungkan dengan pendapatan.
· Investasi
Pengeluaran untuk
investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.
PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL (Y)
1. PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL DENGAN PENDEKATAN DUA SEKTOR
Perhitungan
pendapatan keseimbangan 2 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) dan
investasi(I).
Y = C + I
è (C = a +
by)
Y = (a + by)
+ I
Y = a + by +
I
Y – by = a +
I
(1 – b)Y = a
+ I
Y = a + I
1 – b
Contoh:
Dimisalkan
(dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi
(I) = 10, maka besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan 2 sektor adalah
sebagai berikut.
Jawab:
Y = a + I
1 – b
= 20 + 10
1– 0,75
= 30
0,25
= 120 milyar rupiah
2. PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL DENGAN PENDEKATAN TIGA SEKTOR
Perhitungan pendapatan keseimbangan
3 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) investasi (I), pengeluaran
pemerintah (G), pajak (TX) dan pembayaran
transfer (Tr).
Y = C + I +
G
è (C = a +
byd)
Y = a + b (y
– Tx +Tr) + I + G
Y = a + by –
bTx + bTr + I + G
Y – by = a –
bTx + bTr + I + G
(1 – b) Y =
a – bTx + bTr + I + G
Y = a – bTx + bTr + I + G
1 – b
Contoh:
Dimisalkan (dalam
milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y. Besarnya investasi (I) = 10,
pengeluaran pemerintah (G) = 8, pajak (TX) = 6 dan
pembayaran transfer (Tr) = 5, maka besarnya pendapatan nasional dengan
pendekatan 3 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = a – bTx + bTr + I + G
1 – b
= 20 – 0,75(6) + 0,75(5) + 10+ 8
1 – 0,75
= 149 milyar rupiah
3. PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL DENGAN PENDEKATAN EMPAT SEKTOR
Perhitungan pendapatan keseimbangan
3 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) investasi (I), pengeluaran
pemerintah (G), pajak (TX) pembayaran
transfer (Tr), ekspor (X) dan impor (M).
Y = C + I +
G (X – M)
è (C = a +
bYd => Yd = Y – Tx + Tr)
Y = a + b (Y
– Tx + Tr) + I + G + (X – M)
Y = a + bY –
bTx + bTr + I + G + (X– M)
Y – bY = a –
bTx + bTr + I + G + (X– M)
(1 – b) Y =
a – bTx + bTr + I + G + (X– M)
Y = a – bTx + bTr + I + G + (X – M)
1 – b
Contoh:
Dimisalkan
(dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y. Besarnya investasi (I)
= 10, pengeluaran pemerintah (G) = 8, pajak (TX) = 6, pembayaran
transfer (Tr) = 5, ekspor (X) = 4 dan impor (M) = 3, maka besarnya pendapatan
nasional dengan pendekatan 3 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = a – bTx + bTr + I + G + (X – M)
1 – b
= 20 – 0,75(6) + 0,75(5) + 10+ 8 + (4-3)
1 – 0,75
= 153 milyar rupiah
Data Pendapatan Nasional Negara Indonesia
PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA 2005-2009
Pendapatan Nasional disebut
juga Produk Domestik Bruto(PDB) atau Gross Domestic Product(GDP) adalah “Nilai
barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah
perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang
berada dalam perekonomian tersebut. Dalam konteks Negara, Indonesia juga
menghitung Pendapatan Nasionalnya dalam kurun waktu 1 tahun/periode.
Berikut data Pendapatan Nasional Negara Republik
Indonesia dari tahun 2005-2009 :
LAPANGAN USAHA/
INDUSTRIAL ORIGIN
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
|
1
|
Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan/Agriculture,
Livestock, Foresty
and Fishery (%)(TrilliunRp)
|
13,39% (234,44)
|
13% (240,13)
|
13,7% (269,11)
|
14,5% (301,94)
|
15,3% (333,08)
|
2
|
Pertambangan dan
Penggalian/Mining and Quarrying (%)(TrilliunRp)
|
10,44% (111,18)
|
11% (203,18)
|
11,2% (220,01)
|
10,9% (226,97)
|
10,5% (228,58)
|
3
|
Industri
Pengolahan/Manufacturing Industry (%)(TrilliunRp)
|
28,06% (491,28)
|
27,5% (507,96)
|
27% (530,37)
|
27,9% (580,97)
|
26,4% (574,72)
|
4
|
Listrik, Gas dan Air Bersih/Electricity,
Gas and Water Supply (%)(TrilliunRp)
|
0,92% (16,11)
|
0,9% (16,62)
|
0,9% (17,68)
|
0,8% (16,66)
|
0,8% (17,42)
|
5
|
Konstruksi/Construction
(%)(TrilliunRp)
|
6,35% (111,18)
|
7,5% (138,54)
|
7,7% (151,25)
|
8,5% (177,00)
|
9,9% (215,52)
|
6
|
Perdagangan, Hotel
dan Restoran/Trade, Hotel and Restaurant (%)(TrilliunRp)
|
15,75% (275,75)
|
15% (277,07)
|
15% (294,65)
|
14% (291,52)
|
13,4% (291,72)
|
7
|
Pengangkutan dan
Komunikasi/Transport and Communication (%)(TrilliunRp)
|
6,63% (116,08)
|
6,9% (127,45)
|
6,7% (131,61)
|
6,3% (131,18)
|
6,3% (137,15)
|
8
|
Keuangan, Real Estat
dan Jasa Perusahaan/Finance, Real Estate and Business Services
(%)(TrilliunRp)
|
8,36% (146,37)
|
8,1% (149,62)
|
7,7% (151,25)
|
7,4% (154,10)
|
7,2% (156,74)
|
9
|
Jasa-jasa/Services
(%)(TrilliunRp)
|
10,1% (176,83)
|
10,1% (186,56)
|
10,1% (198,40)
|
9,7% (201,99)
|
10,2% (222,05)
|
Produk Domestik
Bruto/ Gross Domestic
Product (%)(TrilliunRp)
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
|
PDB Tanpa Migas /GDP
Without Oil and Gas (%)(TrilliunRp)
|
88,93% (1557,01)
|
88,9% (1642,10)
|
89,5% (1758,10)
|
89,4% (1861,59)
|
91,7% (1996,29)
|
Sumber : Biro Pusat
Statistik
Studi kasus mengenai pendapatan nasional indonesia
Dari data tersebut bisa
kita simpulkan bahwa setiap
tahunnya Indonesia mengalami peningkatan Pendapatan Nasional. Indonesia
juga menjadi salah satu negara dengan PDB terbesar didunia. Pendapatan terbesar
berada pada bidang Industri Pengolahan yg berkisar di atas 25% dari PDB. Pada
tahun 2005 Pendapatan Nasional Indonesia terbesar dipasok dari sektor
pertambangan sebesar Rp 491,28 triliuni. Dilihat dari PDB tanpa Migas juga
tidak terpaut jauh dari PDB dengan migas, itu berarti sektor tersebut
memberikan PDB yang cukup besar. Pendapatan Nasional Indonesia terkecil berada
pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang berkisar di bawah 1% dari PDB.
Sedangkan mulai dari tahun 2006 hingga 2009 sektor Industri yang paling besar
menyumbang Pendapatan Nasional. Dapat dikatakan bahwa Indonesia saat ini
berkembang menjadi Negara Industri walaupun Indonesia disebut sebagai negara
Agraris. Mengapa demikian ? Indonesia menpunyai peluang besar untuk menjadi
Negara Industri dengan SDM yang ada dan dengan adanknologi yang berkembang
cukup pesat saat ini. Dengan menjadikan Industri sebagai tonggak utama
Pembangunan dan diberdayakannya SDM yang ada, bukan tidak mungkin Indonesia
dapat menciptakan peluang usaha guna mengurangi tingkat pengangguran dan
kemiskinan serta meningkatkan derajat hidup rakyat banyak.
Menurut VIVAnews –
Pendapatan per kapita 2010 diperkirakan naik sekitar US$3.000 atau Rp27 juta
per tahun. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, kenaikan
itu disebabkan dua faktor. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan
mencapai sekitar enam persen atau lebih, yang pada gilirannya akan meningkatkan
PDB. Dampaknya akan lebih bagus jika pertumbuhan PDB lebih cepat dibanding laju
pertumbuhan penduduk.
PERBANDINGAN PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN
Saya mengambil contoh
perbandingan dengan malaysia, dari sisi pendapatan per kapita, GNP Malaysia US$
13.740 dan Indonesia US$ 3.830 media Malaysia menyebutkan, puluhan ribu TKI
menyeberang ke Malaysia memburu pekerjaan karena negeri ini jauh lebih makmur
ketimbang Indonesia.
Lantas bagaimana
sesungguhnya kondisi ekonomi Indonesia dibandingkan dengan Malaysia.
Untuk melihat
kemakmuran kedua negara, banyak kalangan biasanya menggunakan ukuran pendapatan
kotor per kapita (GNP) sebuah negara. Di sini bisa dibandingkan GNP antara
Indonesia dengan Malaysia.
Jika mengacu pada data
World Development Indicators database yang dirilis oleh Bank Dunia pada 1 Juli
2009, Malaysia berada di urutan ke 79 dengan GNP per kapita sebesar US$ 13.740
per tahun.
Sedangkan, Indonesia
berada di urutan ke 146 dengan GNP per kapita sebesar US$ 3.830 per tahun. Itu
setara dengan Rp 38 jutaan per tahun.
Itu berarti GNP per
kapita Malaysia 3,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.
Artinya, penduduk Malaysia yang populasinya jauh lebih rendah dibandingkan
dengan Indonesia secara rata-rata lebih makmur dari Indonesia.
Populasi Malaysia pada
2008 sekitar 25 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia 240 jutaan
orang atau 10 kali lipat dibandingkan penduduk Malaysia.
Namun, jika
membandingkan seberapa besar volume ekonominya secara nasional, Indonesia jauh
lebih besar dibandingkan Malaysia. Artinya, dilihat dari sisi kekuatan ekonomi,
Indonesia jauh lebih berpengaruh dibandingkan Malaysia.
Menurut data World
Development Indicators database 2008 yang dirilis Bank Dunia pada 1 Juli 2009,
dilihat dari sisi produk domestik bruto (PDB), Indonesia jauh lebih kaya
ketimbang Malaysia. Indonesia berada di urutan ke-19 mengalahkan negara-negara
maju seperti Belgia, Swiss, Swedia, Norwegia, Denmark dan Arab Saudi.
Indonesia berada di
bawah China, India, Australia dan Meksiko. Total PDB Indonesia berdasarkan data
Bank Dunia sebesar US$ 514 miliar atau sekitar Rp 5000 triliunan.
Dengan PDB sebesar itu,
Indonesia adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Karena itu, Indonesia satu-satunya negara yang mewakili Asia Tenggara dalam
forum G-20, kumpulan 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Selain Indonesia, di sini ada pula Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang,
China, India, Rusia hingga Australia.
Sedangkan, kekuatan
ekonomi Malaysia jauh berada di bawah Indonesia. Bahkan, Malaysia juga kalah
oleh Thailand, Afrika Selatan, Israel dan Nigeria sekalipun. Malaysia berada di
urutan ke 42 dengan total PDB sebesar US$ 194 miliar atau hampir Rp 2000
triliunan. Artinya, kue ekonomi nasional Malaysia tidak sampai separuhnya
ekonomi Indonesia.
Dengan pertumbuhan
ekonomi rata-rata minimal 7 persen per tahun, Indonesia diharapkan bisa
mendongkrak pendapatan per kapita masyarakat.
Tak mengherankan,
lembaga keuangan dunia seperti PricewaterhouseCoopers memperkirakan Indonesia
bakal menjadi kekuatan ekonomi baru dunia bersama Brazil, Meksiko, Turki dan
Rusia. Ekonomi Indonesia bakal jauh lebih maju dengan pendapatan per kapita
berkali lipat. .(Vivanews)
Pendapatan Nasional
Singapura diilustrasikan untuk periode 1998-2008 pada tabel berikut.
Pendapatan Nasional Bruto (PNB)
|
1998
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
GNI dengan Harga Pasar
|
141,872.9
|
158,453.6
|
174,436.6
|
191,912.4
|
213,246.2
|
234,246.2
|
250,387.9
|
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Pasar
|
137,902.4
|
162,382.1
|
185,364.5
|
201,313.3
|
221,142.8
|
251,610.1
|
257,418.5
|
Laba Bersih Dari Luar Negeri
|
3970.5
|
-3928.5
|
-10927.9
|
-9400.9
|
-7959.7
|
-17363.9
|
-7030.6
|
Disesuaikan pendapatan nasional bersih (dolar AS) di
Singapura
Disesuaikan pendapatan nasional bersih (dolar AS) di Singapura adalah 154.009.974.260,18
pada tahun 2009, menurut laporan Bank Dunia, yang diterbitkan pada tahun 2010.
Bersih Disesuaikan pendapatan nasional (dolar AS) di Singapura dilaporkan di
164.978.993.915,74 pada tahun 2008, menurut Bank Dunia. Halaman ini termasuk data
grafik sejarah, berita dan forecats untuk pendapatan nasional bersih
Disesuaikan (dolar AS) di Singapura. Singapura bersama dengan Hong Kong, Korea
Selatan dan Taiwan adalah salah satu dari Empat Macan Asia. Singapura memiliki
ekonomi pasar bebas sangat maju dan sukses. Ia menikmati PDB per kapita lebih
tinggi dari sebagian besar negara maju. Perekonomian sangat tergantung pada
ekspor, terutama dalam elektronik konsumen, produk-produk teknologi informasi,
farmasi, dan sektor jasa yang tumbuh.
DAMPAK
PENDAPATAN NASIONAL UNTUK LUAR NEGRI
Masalah ekonomi
sepertinya telah menjadi masalah paling rumit di Indonesia. Bisa dikatakan
demikian karena masalah tersebut tak jua mendapatkan jalan keluar.. Pemerintah
terdiri dari presiden ,menteri dan staf-stafnya seringkali dituding sebagai
pihak yang paling bersalah atas ketidak mampuan Indonesia menangani masalah
perekonomian, namun nyatanya setelah beberapa periode pergantian “pemimpin”
masalah Ekonomi tetap saja tidak dapat diperbaiki, bahkan bisa dikatakan
semakin parah.
Pendapatan nasional
Indonesia menjadi tolak ukur seberapa jauh Indonesia telah berkembang dari
waktu ke waktu, dari segi perbaikan memang jika dilihat dari pendapatan
nasionalnya perekonomian Indonesia dikatakan meningkat, namun ada hal lain yang
juga tak mampu dipungkiri yaitu Hutan Negara Indonesia yang juga dikatakan
semakin meningkat.
Kegagalan Indonesia di
masa lalu dalam mengelola utang telah menyebabkan sebagian masyarakat alergi
terhadap utang luar negeri dan menganggapnya sebagai beban yang harus dibayar
mahal. Besarnya utang luar negeri saat ini telah menimbulkan pro kontra di
kalangan masyarakat luas. Adanya utang yang sangat besar tersebut merupakan
suatu ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan kemandirian bangsa Indonesia jika
tidak dikelola dengan baik.
Dikarenakan fungsi
pendapatan nasional atau pendapatan perkapita membandingkan tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat dan tingkat ekonomi antar Negara, pendapatan
nasional Negara ini yag bisa dikatakan belum pada traf memadai juga dapat membuat
Negara kita menjadi bahan olok-olok Negara lain, kita ambil contoh amerika,
tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali pemerintah Indonesia dikatakan
“disetir” oleh amerika, banya diantara kebijakan yang diambil pemerintah duduga
memiliki campur tangan dari amerka, ini terjadi karena amerika merasa Indonesia
masih sangat membutuhkan amerika dalam berbagai bidang perekonomian. Begitu
pula dengan Negara-negara lain yang kebanyakan berasal dari benua eropa dan
amerika, Indonesia dianggap lemah dan membutuhkan banyak bantuan dari luar
negeri untuk mengkatkan perekomiannya.
Tidak semua dampak yang
ditimbulkan oleh adanya pendapatan nasional tersebut adalah dampak buruk, ada
dampak baik yang juga dibawa olehnya. Data pendapatan nasional dapat yang
digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian,
atau negara jasa, mengggolongkan Indonesia sebagai negara pertanian atau
agraris membuat hasil bumi Indonesia cukup dikenal berlimpah oleh Negara luar .
Ini meberikan dampak positif yaitu banyaknya Negara luar yang mengimport barang
dari Indonesia, mengingat pentingnya kenaikan tingkat eksport untuk mengukur
pendapatan nasiona tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi Indonesia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
PENDAPATAN NASIONAL
(NATIONAL INCOME) => Pendapatan yang diterima oleh suatu negara selama satu
tahun yang diukur dengan nilai uang .
KONSEP PENDAPATAN NASIONAL
1.
PDB/GDP
(Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product)
Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil
produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi
diwilayah yang bersangkutan
2.
PNB/GNP
(Produk Nasional Bruto/Gross Nasional Product)
PNB adalah seluruh
nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam
periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
Rumus GNP = GDP –
Produk netto terhadap luar negeri
3.
NNP
(Net National Product)
NNP adalah jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah
dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus : NNP = GNP –
Penyusutan
4.
NNI
(Net National Income)
NNI adalah jumlah
seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak
langsung (indirect tax)
Rumus : NNI = NNP –
Pajak tidak langsung
5.
PI
(Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh
penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan
masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan
social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
Rumus : PI = (NNI +
transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social +
Pajak perseorangan )
6.
DI
(Disposible Income)
DI adalah pendapatan
yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
Rumus : DI = PI – Pajak
langsung
SARAN
Meningkatnya pendapatan
nasional memang suatu prestasi yang baik. Akan tetapi bukan berarti
kesejahteraan dan kemakmuran warga masyarakat mengikuti begitu saja. Untuk itu
pemerintah harus lebih memaksimalkan pemerataan dalam mendistribusikan
pendapatan, agar tidak terjadi gap (kesenjangan) di dalam tingkat kehidupan
masyarakat yang berakibat munculnya suatu ketegangan.
Berharap agar
pemerintah Indonesia tanggap terhadap nasional di negara kita.
DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh
Ekspor Pertanian dan Nonpertanian Terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus
Indonesia Tahun 1981 – 2003 Hidayat Amir Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 8,
Nomor 4 Desember 2004
Eko, Yuli. 2009.
Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
www.google.com
Mulyati, sri Nur dan Mahfudz, Agus
dan Permana, Leni. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Roshidi Suherman. Pengantar
Teori Ekonomi.surabaya: Raja Wali Pers, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar