CARA MEMBERANTAS
SIKAP KENAKALAN REMAJA DI LINGKUNGAN SEKITAR
Karangan Semi Ilmiah
Oleh:
Iin
Wulandari Muslimat
2013054352
JURUSAN
MANAJEMEN FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PAMULANG
TANGGERANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah
generasi penerus. Penerus bagi agama, negara, dan juga lingkungan
sekitarnya. Tingkah
laku yang disiplin, pandai, ramah, dan berbudi pekerti luhur dibutuhkan untuk dapat dijadikan contoh pada kehidupan yang
mendatang.
Tumbuh
kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan. Masa remaja sering dikenal
dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, mengalami
banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Kehidupan remaja pada masa kini mulai
memprihatinkan, sudah melebihi batas yang sewajarnya. Perilaku kenalakan remaja
yang sulit diatasi. Banyak
anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan
kriminal lainnya. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya
dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja.
Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih
terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Baru-baru
ini sering kita dengar berita di televisi, internet, di radio, maupun di
lingkungan sekitar kita yang disebabkan oleh kenakalan remaja. Diantaranya
tawuran, pemerkosaan, pemakaian narkoba dan lain-lain yang dilakukan oleh
pelajar SMA bahkan pelajar SMPpun terlibat dalam kenakalan remaja tersebut,
Astaghfirullah.
Akibatnya, para orangtua
mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang
bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, depresi, dan munculnya tindakan
berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain
di sepanjang rentang kehidupan
Remaja
yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa, kini tidak bisa lagi
menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka
cenderung merosot. Oleh karena itu, saya sebagai remaja berpendidikan yang
sadar bahwa kenakalan remaja harus segera dihilangkan, mengangkat permasalahan
ini sebagai bahan karya tulis semi ilmiah saya.
B. Perumusan
Masalah
1.
Apa pengertian remaja?
2. Bagaimana perkembangan psikologi
remaja?
3. Apa macam-macam kenakalan remaja?
4. Apa penyebab kenakalan remaja?
5. Bagaimana solusi untuk mengatasi dan
cara memberantas sikap kenakalan remaja?
BAB II
ISI
A.
Pengertian Remaja
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa,
kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses dalam
hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui
oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja sering
dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja
sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi
pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini
adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Para
ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut,
seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang
untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis. Periode transisi
dari anak menuju dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai
baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui
banyak kesalahan yang berisiko bisa mengarah ke tindakan kriminal. Kesalahan
yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak
menyenangkan bagi lingkungan sekitar dan orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat
para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua
memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang
menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut kenakalan remaja.
Sedangkan menurut psikologi, remaja adalah suatu periode
transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada
usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis)
dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Remaja memiliki tempat di
antara anak-anak dan orangtua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. 12-15
tahun
b. Masa remaja awal 15-18 tahun
c. Masa remaja pertengahan 18-21 tahun
d. Masa remaja akhir.
Remaja yang rentan di usia
14-19.
Menurut Direktur
Bina Kesehatan Anak Kemenkes Republik Indonesia, dr. Ellizabeth Jane Soepardi,
MPHP kenakalan anak-anak biasa makin menjadi di kala mereka sudah berada pada
tahap pertumbuhan yakni saat usia 14-19 tahun. Periode transisi adalah saat
anak hendak menginjak usia dewasa. Berlangsung sangat singkat, hanya
berlangsung lima tahun. Pada usia ini anak belum dapat dikatakan dewasa, masih
dalam masa transisi.
Para ilmuwan mencoba meneliti kenakalan remaja ini dengan melakukan
percobaan menggunakan teknologi virtual reality. Mereka juga membagi kuesioner
berisi pertanyaan mengenai masa depan. Hasilnya tampak jelas anak yang sudah
merancang masa depan dapat membuat keputusan bijaksana dan mengurangi
kecenderungan kriminal.
Catatan ilmuwan kenakalan di usia remaja yang menyimpang seperti
penyalahgunaan obat terlarang, mengemudi dengan kecepatan tinggi dan membawa
senjata ilegal sama dengan tindakan kriminal. Anak-anak yang melakukan
kenakalan tersebut biasanya tidak bisa mengontrol kondisi emosinya.
Kenakalan di usia remaja (14-19 tahun) perlu perhatian khusus agar anak
memiliki tanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Menurut Psikolog Adelina
syarief SE, Mpsi orangtua pelu mengajarkan tanggung jawab dan menjelaskan hal
baik dan buruk pada anak di masa transisi ini.
B. Ciri-Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak
mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai segi. Misalnya
dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku. pada masa remaja umumnya telah
duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami
perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti
kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami
pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku.
Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul
remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama makin lemah.
Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan
seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang
biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang
sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri dari kekangan orangtua
untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orangtua.
Pada masa remaja akhir umumnya
telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama,
kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan
menentuan nilai dan cita-cita. Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang
tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai
mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani,
memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri di masyarakat juga ciri remaja
yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Ciri-ciri masa remaja lainnya adalah:
1. Masa
remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang
cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai
dan minat baru.
2. Masa
remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku
dari anak-anak ke menuju dewasa.
3. Masa
remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat
universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan
nilai.
4. Masa
remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya
sebagian besar diselesaikan oleh guru dan orangtua sehingga kebanyakan remaja
kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
5. Masa
remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan
siapa dirinya, apa peranannya.
6. Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan
stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak
dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus
membimbing dan mengawasi.
7. Masa
remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri
dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam cita-cita.
8. Masa
remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
C.
Psikologi Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang
meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih dan putus asa) kemudian
melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang
dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada
keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa
remaja masih labil
karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, di lain waktu dapat marah sekali.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang
realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orangtua dan masyarakat
yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinya
yang baru. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus
membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Remaja mulai bersikap kritis dan tidak
mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan
alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarang, remaja tidak mudah
diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis
pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir,
kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam
mengemukakan pendapat.
D.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia
remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Kenakalan remaja meliputi semua
perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya. Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara
khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada
1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Faktor pemicunya, menurut
sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya,
dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri
terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik. Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang
tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik
keluarga, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada
masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku yang ditampilkan dapat
bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar
peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, perkelahian antar geng,
penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Jenis-jenis kenakalan remaja, yaitu:
1.
Kenakalan remaja di lingkungan keluarga
Remaja yang sering
membangkang/melawan kepada orangtuanya, egios, berbicara tidak sopan, boros,
tidak menjaga kebersihan, lupa waktu beribadah, belajar, serta istirahat, gaduh
dan mengganggu penghuni rumah lainnya.
2.
Kenakalan remaja di sekolah
Remaja lebih senang bermalas-malasan,
dan tidak mengikuti KBM, terbukti ketika jam kosong ataupun pada saat ibu bapak
guru berhalangan untuk mengajar para remaja malah membuat kegaduhan dan
keonaran. Perkataan kotor, kasar, dan tidak ber etika sering dilontarkan kepada
guru, maupun teman lainnya. Kedisiplinan juga sudah tertinggalkan, seperti
disiplin berpakaian dan menaati peraturan. Zaman telah menentukan semua itu,
terutama mode pakaian dan penampilan, sekarang ini remaja cenderung mengikuti
gaya para selebriti yang sebenarnya, itu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
3.
Kenakalan remaja di luar sekolah (masyarakat)
Banyak remaja yang kurang peduli
terhadap kebersihan, keamanan, dan ketertiban lingkungan. Lingkungan bukan
hanya dalam lingkup RT tetapi lingkungan dimanapun remaja itu berada. Tidak
mematuhi peraturan, melanggar tata tertib lalu lintas, membuat keributan,
bersikap acuh terhadap kebersihan lingkungan, berlama-lama menggunakan
fasilitas umum, hingga merusak fasilitas umum seperti jalan, jembatan,
tembok-tembok dan berbagai fasilitas umum lainnya.
Contoh-contoh kenakalan remaja, yaitu:
1.
Merokok
2.
Konsumsi alkohol
3.
Seks bebas
4.
Aborsi
5.
Penyalahgunaan narkotika
6.
Tawuran antar pelajar
7.
Berkelahi dengan teman
8.
Menonton majalah atau video porno
9.
Judi besar dan kecil-kecilan
10. Geng motor
11.
Kebut-kebutan di
jalanan
12.
Membolos sekolah
13.
Melawan orangtua dan guru
14.
Malas beribadah
15.
Berbohong kepada semua orang
16.
Merusak fasilitas umum
17.
Main game berlebihan
18.
Menghabiskan uang sekolah
Sedangkan bentuk-bentuk kenakalan remaja
meliputi:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran,
penyalahgunaan obat.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak sebagai
pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat
dari rumah atau membantah perintah mereka
5. Kenakalan Remaja Non Kriminal
Yang
mengalami masalah jenis ini cenderung tertarik pada kesenangan-kesenangan yang
sifatnya menyendiri, apatis terhadap kegiatan masyarakat atau sekolah. Remaja
ini suka mengasingkan diri, menghindarkan diri dari kegiatan yang menumbuhkan
kontak dengan orang lain. Perasaannya sangat peka dan mudah terluka, cepat
tersinggung dan membesar-besarkan kekurangannya sendiri, dengan gejala umum
sering menyendiri, melamun, apatis tidak bergairah, sangat mudah tersinggung,
sangat mudah panik, sangat mudah bingung sehingga cenderung menjadi peminum,
pemabuk, penghisap candu, narkotika, menjadi morfinis dan sebagainya, bahkan
tega untuk bunuh diri.
Adapun macam–macam kenakalan remaja yang
sering terjadi diantaranya adalah :
1.
Tawuran antar pelajar
Tawuran antar pelajar adalah
perbuatan yang sangat bodoh, karena dapat merusak
fasilitas umum dan fasilitas yg terdapat di sekolah. Tawuran juga dapat merusak masa depan, karena jika tertangkap
polisi, nama mereka yang
tertangkap akan tercemar.
1.
Mencoret coret dinding
sekolah
Mencoret coret secara ilegal
adalah perbuatan yang tidak baik, karena dapat membuat kotor sekitar lingkungan. Tetapi jika kita melakukannya dengan baik, coretan coretan itu dapat manjadi karya karya seni yang baik, dan
juga dapat manghasilkan mata pancaharian yang
baik.
3. Mencuri
Mancuri juga
dapat merusak nama baik kita, karena jika kita ketahuan mencuri, kita akan
merasa sangat malu, dan kita juga akan di jauhi oleh orang orang yang dekat
dengan kita, karena orang itu sudah tidak percaya lagi dengan kita.
4.
Bolos
Ketua
Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan kebiasaan anak
menghabiskan waktu luang atau membolos saat jam sekolah salah satunya
disebabkan karena pelajaran atau kegiatan di sekolah tidak menarik. “Kalau diperhatikan, anak-anak akan
berteriak bahagia ketika mendengar bel istirahat atau bel pulang sekolah,”
ungkap Kak Seto, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Lebih lanjut Kak Seto mengatakan, para akedimisi seharusnya lebih
memperhatikan kegiatan yang menarik di sekolah sehingga perhatian anak akan
fokus pada kegiatan positif di sekolah. Dia
menunjuk, sekolah negeri dan perangkatna yang masih kurang maksimal dalam
mengajar kreatif. Bahkan Kak Seto menegaskan, belajar bukanlah kewajiban
melainkan hak anak. “Banyak guru yang
tidak melihat proses kreativitas anak. Padahal tipe kecerdasan dan gaya belajar
anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, tapi semuanya disama ratakan. Ini
yang membuat anak tidak betah ada di ruang kelas,” paparnya.
5.
Merusak fasilitas sekolah
Merusak fasilitas
sekolah akan merugikan diri sendiri dan orang lain, karena kita tidak bisa
memakai atau manggunakan fasilitas fasilitas tersebut.
Dalam batasan hukum, menurut
Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori
pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
1.
Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan
oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian,
penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
2.
Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos
sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku
yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orangtua.
E. Penyebab
Kenakalan Remaja
Perilaku nakal remaja bisa
disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun dari luar (eksternal).
-
Faktor internal:
1.
Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan
akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2.
Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajati dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol
diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
-
Faktor eksternal:
1.
Keluarga
Keluarga dan perceraian
orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan
antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga juga bisa mempengaruhi, seperti terlalu memanjakan anak,
tidak memberikan pendidikan agama bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
2.
Teman sebaya yang kurang baik.
3.
Komunitas atau
lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Faktor-faktor penyebab
kenakalan remaja lainnya, yaitu:
1.
Reaksi frustasi diri
2.
Gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja
3.
Kurangnya kasih sayang orangtua atau keluarga
4.
Kurangnya pengawasan dari orangtua
5.
Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
6.
Dasar-dasar agama yang kurang
7.
Tidak adanya media penyalur bakat atau hobi
8.
Masalah yang dipendam
9.
Broken home
10. Pengaruh kawan sepermainan
11. Relasi yang salah
12. Lingkungan tempat tinggal
13. Informasi dan tehnologi yang
negative
14. Pergaulan.
Berbagai dampak yang timbul, diantaranya menggangu waktu
belajar, beribadah dan waktu untuk istirahat. Sehingga tumbuhlah jiwa remaja
yang malas, tidak disiplin, acuh sehingga menuju pada kebodohan. Hal ini
tentunya dapat merusak citra budaya bangsa Indonesia. Apalagi sudah banyak
bukti yang telah diketahui, dengan tingkat ketidaklulusan siswa SMP dan SMA
yang semakin meningkat.
Yang merasa rugi bukan hanya remaja
itu sendiri, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Remaja sekarang
sangat identik dengan handphone/HP, sehingga tidak sedikit remaja yang
menghabiskan waktu untuk asyik ber-SMS dengan teman hingga lupa waktu dan
melupakan pekerjaan yang seharusnya wajib dikerjakan. Ditambah dengan meluasnya
kasus-kasus karena jejaring sosial, seperti adanya penganiayaan, pemerkosaan,
bahkan pembunuhan. Yang hanya berawal dari perkenalan melalui situs jejaring,
seperti facebook.
Remaja tersebut juga akan mendapat nama buruk karena sikap
dan sifatnya yang seperti itu. Remaja-remaja sekarang sudah mencoreng nama
bangsa kita di mata umum bahkan dunia. Dengan menjadi seorang yang tidak
bertanggung jawab, ugal-ugala an tidak jarang juga nekat mencelakai orang.
Contohnya adalah tawuran antar siswa sekolah satu dengan siswa selolah lainnya,
hingga menjadikan fasilitas umum rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Saat
tawuran berlangsung, pasti banyak juga masyarakat yang tidak bersalah menjadi
korban keganasan para amukan remaja-remaja yang gila dengan permusuhan.
Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja
tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang
berkepribadian buruk. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu
pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Remaja
tersebut hanya akan dianggap sebagai penggangu dan orang yang tidak berguna.
Akibat dari dikucilkannyaia dari pergaulan di lingkungan sekitar, remaja tersebut
bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud dengan gangguan kejiwaan bukan
berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisasi, merasa
sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya.
Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit
keluarga yang harus menganggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan
bisanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari
tentang bebean keluarganya. Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa
mnunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja
yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak
akan memilliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempa
tmemperbaikinya. Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja
yang terjebak hal-hal negaif bukan tidak mungkin akan memiliki keberatan untuk
melakukan tindak kriminal, mencuri demi uang atau merampok itu adalah salah
satunya untuk mendapatkan barang berharga yang ia inginkan.
F.
Peranan Keluarga terhadap
Kenakalan Remaja
Sebelum anak mengenal
lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya.
Karena itu sebelum anak anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat,
pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di
keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya. Orangtua
berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun
negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa orangtua masih merupakan lingkungan yang sangat
penting bagi remaja.
Remaja sering mengalami dilema
yang sangat besar antara mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti kehendaknya
sendiri. Situasi ini dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan
konflik pada diri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya
untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak
jarang remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orangtuanya
dan orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di
ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orangtua maupun
orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain
disekitarnya.
Penilitian yang dilakukan BKKBN
pada umunya masalah antara orangtua dan anaknya bukan hal hal yang mendalam
seperti masalah ekonomi, agama, sosial, politik, tetapi hal yang sepele seperti
tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
G. Pergaulan
Remaja
Pergaulan merupakan proses
interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh
individu dengan kelompok.
Seperti
yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial
(zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas
dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar
dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu
akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan
yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu
atau kelompok guna melakukan hal–hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang
negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari,
terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini
biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan
dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik
atau tidak. Pergaulan remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bisa disebut dengan rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai
pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
H.
Remaja dan Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial meliputi
teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat
besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana
remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan interaksi social dengan
teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja
yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah. Hubungan dengan
guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan konflik
yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga sanagt besar bagi
perkembangan remaja, karena guru adalah orangtua bagi remaja ketika mereka
berada disekolah.
Pada masa remaja, hubungan sosial memiliki peran yang sangat
penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan teman
teman sebayanya. Remaja lebih sering berada diluar rumah bersama teman teman
sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebayanya
pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh orangtua.
Brown menggambarkan empat cara
khusus bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari masa
kanak-kanak ke masa remaja:
1.
Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya
dibandingkan pada anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan
diri dari orang dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
2.
Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orangtua
dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu
dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan
privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa
didengar oleh keluarganya
3.
Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi
dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa
pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang
berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja
dengan orangtua mereka
4.
Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami
nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga
mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.
I.
Cara Memberantas Sikap Kenakalan
Remaja
Ada beberapa cara untuk mengatasi, mencegah, dan memberantas
sikap kenakalan remaja, yaitu:
1.
Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan
sejak dini, seperti pendidikan ibadah, pembinaan akhlak dan rutinitas ibadah.
2.
Perlunya kasih sayang dan
perhatian dari orangtua dalam hal apapun.
3.
Adanya pengawasan dari orangtua
yang tidak mengekang. Contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa
saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah
melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia
dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang
sudah melewati batas tersebut. Namun dalam masalah ibadah, tentu saja perlu ada
pemaksaan.
4.
Biarkanlah dia bergaul dengan
teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya.
Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak
sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa
terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
5.
Sebagai orangtua harus menjadi
tempat curhat yang
nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang
menghadapi masalah.
6.
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri
bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa
mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa
remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya
gagal pada tahap ini
7.
Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk
melakukan point pertama.
8.
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga
tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja
9.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul
10. Remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada
tidak sesuai dengan harapan
11. Pengawasan yang perlu dan
intensif terhadap media komunikasi seperti TV, Internet, Radio, Handphone dan
lain- lain
12. Di lingkungan
sekolah,
guru sebagai orangtua kedua bagi
remaja disekolah, bukan hanya sekedar mengajarkan materi pelajaran, namun juga
mengajarkan dan memberi akhlak yang baik. Peran sekolah juga diharapkan dapat
menegaskan setiap peraturan yang ada, dengan tujuan agar si anak dapat mematuhi
peraturan tersebut dan jera terhadap kenakalan remaja.
13. Perlunya bimbingan kepribadian
di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya
selain di rumah
14. Di lingkungan masyarakat, diharapkan dapat menegur dan merubah perilaku remaja yang tidak
senonoh. Dimulai dari memberikan contoh yang yang baik, seperti menciptakan
suasana rukun, dan taat pada peratuaran. Mendirikan kegiatan yang positif agar
remaja dapat menggali potensi diri dan tidak terjerumus ke dalam pergaulan
bebas. Dan bila si anak membuat kesalahan, bisa diberi sedikit teguran agar si
anak dapat menyadari kesalahannya dan merubah sikapnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja, adalah masa dimana
seorang manusia sedang berada dalam pencarian jati dirinya, ingin mengenal siapa
dirinya sebenarnya. Seorang manusia dikatan remaja, jika ia sudah menginjak
usia 17 tahun. Dan dalam usia ini, seorang manusia mengalami masa yang
dinamakan masa pubertas. Saat pubertas, biasanya manusia ingin mencoba segala
suatu yang baru dalam hidupnya, muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak
timbul masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.
Bentuk kenakalan remaja banyak sekali, antara lain: Narkoba, free sex, tawuran, pergaulan bebas, dll. Kenakalan remaja kebanyakan dilakukan
oleh mereka yang gagal dalam mengembangkan emosi jiwanya, mereka tidak bisa
menahan diri terhadap hala baru yang masuk ke dalam dirinya, yang menimbulkan
sikap yang tidak seharusnya dilakukan. Kenakalan remaja adalah wujud dari
konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun pada
saat remaja.
Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang
menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku
tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di lingkungan
sekitarnya.
Untuk mengatasi kenakalan remaja tersebut, diperlukan
perhatian dari berbagai pihak dengan memberikan contoh yang baik, dan menegur
perilaku remaja yang menyimpang. Serta, perlunya penegasan terhadap peraturan
dan sangsi, agar remaja jera dan tidak lagi melakukan kenakalan remaja. Karena,
tidak sepenuhnya kesalahan itu dapat menjadikan kerugian. Bahkan, dari
kesalahan itu kita dapat memanfaatkannya untuk belajar dan memperbaiki diri.
B. Saran
Saran-saran saya, yaitu:
1.
Perlu penanaman nilai
moral, pendidikan, dan nilai
religius pada diri seorang remaja.
2.
Sebaiknya, orangtua selalu
memperhatikan dan mengawasi perilaku anaknya.
3.
Guru, teman, orangtua, dan masyarakat diharapkan bisa
memberikan contoh yang baik bagi remaja.
4.
Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah
untuk mengawasi tindakan remaja di Indonesia
5.
Kita sebagai generasi
penerus harus lebih hati-hati dalam bergaul dan memanfaatkan berbagai
fasilitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Edho Pratama. http://mynameisedho.blogspot.com/2012/11/remaja-sekarang-menjadi-icon-kenakalan.html pukul 06:58.
Kusmiyati. http://www.liputan6.com/tag/kenakalan-remaja/?channel=health Hari Selasa, 10
September 2013, pukul 20:15.
Mulyano,
B, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja
dan Penanggulannya, Yogyakarta:
Kanisius, 1995.
Quantum Enterprise in Dunia Kita. http://thinkquantum.wordpress.com/2009/11/04/kenakalan-remaja-dalam-lingkungan-sekolah/ Hari Rabu, 04 November 2009.
Soerjono, Soekanto, Sosiologi Penyimpangan, Jakarta:
Rajawali, 1988.
Universitas Muhammadiyah Jember. http://hukum.unmuhjember.ac.id/index.php/13-berita/11-kenakalan-remaja.
Willis,
S, Problema
Remaja dan Pemecahannya, Bandung: Angkasa, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar